2/25/2012

GILA: Bersama Rohmu Aku Bersolek

Ini untukmu yang membuatku terhimpit dalam palung hatimu.

Kepalaku nyaris pecah dan tubuhku nyaris hancur, tak mampu berada dalam posisi seperti ini. Aku tidak bisa bergerak. Kakiku terpasung oleh rindu yang semakin keruh. Berpeluh asa tergantung dalam hati. Menggapai-gapai ujung cinta yang menyeretnya. 

Terseok-seok aku merangkak meraih tanganmu yang menganga lebar, ku genggam erat, namun, tak dapat ku rasakan hangat aliran darahmu. Aku menggenggam lebih erat, semakin erat, jauh lebih erat, dan kau terbang melayang melepaskan sedikit demi sedikit genggaman tangan ini, hingga hanya ujung jari kita yang bersentuhan. 
Aku hanya dapat memandangmu dari kolong langit ini. Kau menjadi pajangan langit yang terindah. Berhenti di rute surga, mencari kedamaian. 

Tak ada fisikmu disini, namun rohmu melekat dalam tubuhku. Gerakku terkontrol olehmu. Nafasku mendengungkan namamu. Bersama rohmu aku bersolek. Percantik diri ini berharap kau akan datang tiba-tiba. Mematut diri di cermin, bergaun merah marun, yang tampak adalah wajahmu. Aku semakin gila. Menghadapi dirimu telah disana, aku tak bisa.

Lekaslah kembali! Kegilaanku semakin menjadi.



2/21/2012

Surat: Bicaralah dan Jelaskan Semua Petunjuk-petunjukmu

Untukmu yang membuatku membisu,

Aku selipkan surat ini ke dalam binder kesayanganmu. Aku hanya mencari media lain untuk menjelaskannya. Lelah sudah aku untuk menebak-nebak. Semuanya telah menghancurkan hari-hariku.

Sayang, perang dunia II telah usai beberapa puluh tahun yang lalu tapi mengapa perang dingin kita tak juga usai? Tak ada pembicaraan yang mengarah pada masalah. Kita berbicara sekedarnya. Kau bertanya dan aku menjawab. Itu saja. Sekedar basa-basi agar "es" itu sedikit mencair. Kau senang dengan semua ini, sayang? Kau seperti membangun gunung es yang semakin tinggi dan kokoh. Sulit untuk dipecahkan. Tak cukup palu kecil untuk menghancurkan. 

Kau memberitahu dunia keresahan kita berdua. Kau seolah ingin mereka mengetahui lebih dahulu daripada aku, kekasihmu. Untukku itu sebuah petunjuk dan aku harus menerka-nerka. Entah sudah berapa banyak kafein yang aku teguk dalam malam-malamku. Entah sudah berapa centimeter diameter lingkaran hitam di mataku.

Sayang, aku bukan pemikir hebat yang mampu menyelesaikan "masalah terselubung" seperti ini. Petunjuk yang kau berikan tidak menyelesaikan apa-apa. Gunung es yang kau bangun akan semakin kuat. 
Bicaralah dan jelaskan semua petunjuk-petunjukmu.

Dengan resah,
Kekasihmu