3/21/2012

RINDU BIRU: Apakah itu Haram?

Aku rindu sekali padamu. Ingin menatap lekat wajahmu, bersandar di pundakmu, tertawa bersamamu. Sebentar. Bolehkah aku merindu padamu? Rindu yang ku seduh dalam secangkir peluh. Kapan pun bisa ku teguk selagi hangat. Mungkin rindu ini tak akan berkesudahan. Tak akan ada ujung pangkalnya. Bisa ku katakan sebagai "Rindu Biru"? Biru, seperti langit yang tak berujung dan bertitik. Biru, menyedihkan.

Aku merindumu dan dia dua kali lebih merindukanmu. Miris. Di persimpangan rindu itu, dia telah menunggu. Meneguk rindu yang telah ke seduh. Menelan dengan sekali teguk. Tak seperti aku yang harus menyesapnya perlahan-lahan, hangat menelusup dalam tulang-tulangku, perih menindik liang hati.

Rindu padamu, rindu biru.
Rindu biru, apakah itu haram?